Selasa, 26 Agustus 2008

Ombak Telukbetung

Buih putih bergulir susul menyusul,
bergulir mebentuk gumpalan yang tak beraturan.
pantulan cahaya matahari meningggalkan kemerlap warna mutiara.
barisannya pun terhantar sampai ketepian.
Suara itu membelah malam
kepyaknya mempunyai ritme tersendiri
Tak terhenti oleh teriakan camar,
gemuruh itu tak pernah diam.
kepyak dan gemuruh begantian
Berteriak, mengeluh, meratap
tak ada yang mampu memberi magna.

Pantai yang sudah tak putih lagi ..!
Seonggok kotoran tertumpuk disetiap jengkal langkah.
buih yang tak berkilau lagi
mendorong sampah kepantai dan menyisakan warna kelabu untuk pasirku.
teriakan itu...
tak pernah ada yang tau magnanya.
Mengeluhkah
marahkah
sambil menebarkan aroma busuk, agar tersentuh orang disekitarnya.

medio agustus

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mazkelik atau mas keling, sama aja...
Blognya bagus, puisi2nya jg bagus....
Teruslah berkarya dan saya akan terus menimba dari tulisan2 mas.....

Bagai sumur yang tak pernah kering meski ditimba beribu galon....
Makin banyak ditimba makin jernih airnya.....

Tks

MazKeliq mengatakan...

tx komentnya.
btw menyiasati waktu yg kosong itung-itung jadi mainan baru

cuma dari siapa nich..

salam