balur keringat belum begitu kering
ketika panggilan muazin melengking di udara yang gersang
sekejab nafaspun mereda
mensyukuri telah diberi ruang dan waktu
angin sejukpun mengaliri rongga rongga
yang tak pernah puas dengan harapan
seolah silang menyilang dengan nafsu yg memburu
....
sejurus pun sudah larut dengan ritual ilahi
hati pun bersimpuh meminta keridoan
membiarkan merintih penyesalan
menanggalkan segala beban
mengumbar dipadang kesejukan
bercengkrama dengan sang Rob
.........
sementara nanar mentari masih meronta diluaran
memanggang hidup tanpa kompromi
takpeduli,
menggelepar....
merintih...
mengupas tanah-tanah petani
menggarang atap-atap kaum bantaran
...........
haripun membiarkan jiwa-jiwa yg lepas
mencari sendiri sendiri ruhnya..
betapa ada diseluruh lorong,
gang,
bahkan ditebar dimana-mana
hanya mata yang tajam,hati yg sahaja dan tengadah tangan..
yang mampu melihat
BahwasSang Kholiq meniupkannya setiap saat
layaknya matahari yg enggan kompromi.
--------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar